Temukan

Rabu, 27 Mei 2015

Sepenggal Teori Kecemasan

Menurut Arif Muttaqin (2008:161) pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada pasien dengan cidera kepala meliputi :
1.      CT scan (compute tomography scanning) dengan tanpa kontras
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
2.      MRI
Digunakan sama dengan CT scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
3.      Cerebral angiographi
Menunjukkan anomali sirkulasi seperti perubahan jaringan otak sekunder menjadi edema, perdarahan, dan trauma.
4.      Serial EEG
Dapat melihat perkembangan gelombang patologis
5.      Foto Rontgen (Sinar X)
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
6.      BAER
Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil
7.      PET
Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
8.      CSS
Lumbal fungsi dapat di lakukan jika diduga terjadi perdarahan subrakhnoid
9.      Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan tekanan intracranial
10.  Scren Toxsikologi
Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat penurunan kesadaran
11.  Rontgen thoraks dua arah (PA/AP dan lateral)
Rontgen toraks menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pelural
12.  Torask sentesis menyatakan darah atau cairan
13.  Analisa gas darah

Analisa gas darah adalah salah satu tes diagnostik untuk menentukan status respirasi yang dapat digambarkan melalui pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenisasi dan status asam.


Menurut Asmadi (2008:165), kecemasan atau anxietas merupakan hal yang akrab dalam hidup manusia. Ansietas bukanlah hal yang aneh karena setiap orang pasti pernah mengalami ansietas dengan berbagai variannya. Ansietas sangat berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu objek atau keadaan. Keadaan emosi ini dialami secara subjektif, bahkan terkadang objeknya tidak jelas. Artinya, seseorang dapat saja menjadi cemas, narnun sumber atau sesuatu yang dicemaskan tersebut tidak tampak nyata. Ansietas ini dapat terlihat dalarn hubungan interpersonal.

Menurut Gunarsa (2008:27), kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan, merupakan masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku. Baik tingkah laku normal maupun tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu, kedua-duanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dan pertahanan terhadap kecemasan itu. Jelaslah bahwa pada gangguan emosi dan gangguan tingkah laku, kecemasan merupakan masalah pelik. Semua orang pasti merasakan kecemasan dalam derajat tertentu. Bahkan kecemasan yang ringan dapat berguna yakni dalam memberikan rangsangan terhadap seseorang. Rangsangan untuk mengatasi kecemasan dan membuang sumber kecemasan. Kecemasan yang menyebabkan seseorang putus asa dan tidak berdaya sehingga mempengaruhi seluruh kepribadiannya adalah kecemasan yang negatif. Rasa takut ditimbulkan oleh adanya ancaman, sehingga seseorang akan menghindar diri dan sebagainya.

Menurut Supratiknya (2009:81), fungsi kecemasan adalah memperingatkan sang pribadi akan adanya bahaya; ia merupakan isyarat bagi ego bahwa kalau tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat, maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. Kecemasan adalah suatu keadaan tegangan; ia merupakan suatu dorongan seperti lapar dan seks, hanya saja ia tidak timbul dari kondisi-kondisi jaringan di dalam tubuh melainkan aslinya ditimbulkan oleh sebab-sebab dari luar. Apabila timbul kecemasan maka ia akan memotivasikan sang pribadi untuk melakukan sesuatu. Sang pribadi bisa lari dari daerah yang mengancam, menghalangi impuls yang membahaya kan atau menuruti suara hati.

Menurut Asmadi (2008:165), ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada individu yang bersangkutan. Dapat pula ansietas menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di bawah bayang-bayang ansietas yang terus berkepanjangan. Ansietas berkaitan dengan stres. Olah karena ansietas timbul sebagai respons terhadap stres, baik stres fisiologis maupun psikologis. Artinya, ansietas terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis. Stres merupakan bagian yang tidak dapat terelakan dalam hidup manusia. Meskipun dernikian, stres bukanlah merupakan sesuatu yang patologis. Terihat jelas bahwa ansietas ini mempunyai dampak terhadap kehidupan seseorang, baik dampak positif maupun dampak negatif. Apalagi bila ansietas ini dialami oleh klien yang dirawat di rumah sakit. Berbagai situasi dan kondisi akan mernbuatnya semakin cernas. Oleh karenanya perawat sebagai tenaga kesehatan profesional tidak boleh mengabaikan aspek ernosi ini dalam memberikan asuhan keperawatan.

Menurut Supratiknya (2009:81), Freud membedakan tiga macam kecemasan, yakni kecernasan realitas, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral atau perasaan perasaan bersalah. Tipe pokoknya adalah kecemasan realitas atau rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, kedua tipe kecemasan lain berasal dari kecemasan realitas ini. Kecemasan neurotik adalah rasa takut jangan-jangan insting-insting akan lepas dari kendali dan menyebabkan sang pribadi berbuat sesuatu yang bisa mernbuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, melainkan ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan.

Menurut Gunarsa (2008:27), kecemasan atau anxietas dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar, mungkin juga oleh bahaya dari dalam diri seseorang, dan pada umumnya ancaman itu samar-samar. Bahaya dari dalam, timbul bila ada sesuatu hal yang tidak dapat diterimanya, misalnya pikiran, perasaan, keinginan, dan dorongan.
Menurut Asmadi (2008:165-166), ada beberapa teori yang menjelaskan asal ansietas, yaitu :
1.      Teori psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik ernosional yang terjadi antara dua elernen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahava.
2.      Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cernas. Namun bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cernas. Dengan demikian, ansietas berkaitan dengan hubungan antara manusia.
3.      Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi. Ketidakrnampuan atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan frustasi atau keputusasaan. Keputusasaan inilah yang menyebabkan seseorang menjadi ansietas.

 Menurut Asmadi (2008:166-167), kemampuan individu untuk merespon terhadap suatu ancaman berbeda satu sama lain. Tiap tingkatan ansietas mempunyai karakteristik atau manifestasi yang berbeda, bergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri dan mekanisme koping yang digunakannya.
Tabel 2.4
Tingkat Ansietas dan Karakteristik

Tingkat Ansietas
Karakteristik
Ansietas Ringan
·     Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari
·     Kewaspadaan meningkat
·     Persepsi terhadap lingkungan meningkat
·     Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreativitas
·     Respons fisiologis: sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejaia ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir bergetar
·     Respons kognitif: mampu menerirna rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan
·     Respons perilaku dan ernosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi
Ansietas Sedang
·     Respons fisiologis: sering napas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut keririg. anoreksia. diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih
·     Respons kognitif: memusatkan perhatiannya pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit. dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima
·     Respons perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegang, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman
Ansietas Berat
·     Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain
·     Respons fisiologis: napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut. serta tampak tegang
·     Respons kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang persepsi menyempit
·     Respons perilaku dan emosi: perasaan mengancam meningkat dan komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat)
Panik
·     Respons fisiologis: napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi serta rendahnya koordinasi motorik
·     Respons kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi
·     Respons perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali/kontrol diri (aktivitas motorik tidak menentu), perasaan terancam. serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan din sendiri dan/atau orang lain


Menurut Asmadi (2008:168), faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cernas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun demikian pencetus ansietas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu:
1.      Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakrnampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.
2.      Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri, dan hubungan interpersonal.

Menurut Supratiknya (2008:80) reaksi umum individu terhadap ancaman-ancaman rasa sakit dan perusakan dari luar yang tak siap ditanggulangi ialah menjadi takut. Menghadapi ancaman biasanya orang merasa takut. Kewalahan menghadapi stimulasi berlebihan yang tidak berhasil dikendalikan oleh ego, maka ego menjadi diliputi kecemasan.
Dalam hal ini, yang meliputi kecemasan pasien trauma kapitis (post KLL) adalah ancaman integritas diri yang meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya, seperti bekerja, sekolah dan lain-lain. Selain itu, ancaman terhadap sistem diri juga meliputi kecemasan pasien. Ancaman terhadap sistem diri yang dimaksud adalah identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan interpersonal.
Menurut Nursalam (2008) Alat ukur yang dipakai untuk mengetahui tingkat kecemasan menggunakan modifikasi Hamilton Rate Scale for Anxiety (HRSA) yang sudah dikembangkan oleh Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ). Total nilai yang diperoleh menunjukkan tingkat keparahan : rendah (total nilai < 5); rendah sampai sedang (total nilai: 6-10); sedang sampai parah (total nilai: 11-15); dan sangat parah (total nilai > 16). dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar