Temukan

Senin, 08 Februari 2016

PELEDAKAN JUMLAH PENDUDUK DAN KAITANNYA DENGAN GIZI MASYARAKAT

PELEDAKAN JUMLAH PENDUDUK DAN KAITANNYA DENGAN GIZI MASYARAKAT




Disusun Oleh :


Raudhatul Jannah
1515192383



Dosen Pembimbing  :  Ir. Neni EJ, MPH










SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HELVETIA PROGRAM DIV SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Peledakan Jumlah Penduduk Dan Kaitannya Dengan Gizi Masyarakat ini. Shalawat dan salam kepada junjungan sekalian alam nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari zaman zahiliyah ke alam yang berilmu pengetahuan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Helvetia Program DIV Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb). Tak lupa jua penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Neni EJ, MPH. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan dan bimbingan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca, khususnya bagi penulis selaku penyusun. Billahitaufiq wal hidayah, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..


Medan,    Januari 2016
Penyusun



Raudhatul Jannah
1515192383
i
 
 


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................               i
DAFTAR ISI ............................................................................................              ii

BAB   I  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ......................................................................              1
1.2  Tujuan ...................................................................................              3

BAB  II  TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Definisi Kependudukan ........................................................              4
2.2  Masalah Gizi Ditinjau dari Segi Kependudukan ..................              4
2.3  Kependudukan dan Kaitannya Dengan Gizi ........................              5
2.4  Faktor Penyebab Natalitas Dan Mortalitas ...........................              6
2.5  Upaya Menyelesaikan Masalah Gizi Kependudukan ...........              9

BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan ...........................................................................            11
3.2  Saran .....................................................................................            11

DAFTAR PUSTAKA



ii
 
 


BAB  I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Penduduk merupakan unsur penting dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Penduduk memegang peranan penting karena menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, tenaga usahawan yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi. Di samping itu, pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan bertambah dan makin kompleksnya kebutuhan. Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh fertilitas, mortalitas dan migrasi. Apabila angka fertilitas lebih besar daripada angka mortalitas, maka pertumbuhan penduduk menjadi positif. Begitu juga dengan migrasi, apabila nilai migrasi masuk lebih besar daripada nilai migrasi keluar, maka pertumbuhan penduduk menjadi positif.
Pertumbuhan penduduk dewasa ini mengalami pertumbuhan relatif cepat, yang berimplikasi pada permasalahan ekonomi, kondisi biofisik lingkungan, kesenjangan sosial dan ketersediaan lahan yang cukup untuk menopang kesejahteraan hidup manusia. Jumlah penduduk yang terus meningkat serta belum tertibnya pelaksanaan tata guna lahan menyebabkan tekanan terhadap pemanfaat lahan makin besar. Kompetisi diantara berbagai kepentingan terhadap lahan makin ketat. Atas nama pembangunan seringkali (lahan) pertanian yang menjadi korban atau dikorbankan.
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations (UN) tanggal 29 Juli 2015, melalui situs www.un.org dapat diketahui bahwa populasi dunia diperkirakan akan mencapai 8,5 miliar pada tahun 2030, 9,7 miliar pada tahun 2050, dan melampaui 11 miliar pada tahun 2100, dengan India yang diperkirakan akan melampaui Tiongkok, sebagai negara berpenduduk paling padat, sekitar tujuh tahun dari sekarang, dan Nigeria akan melampaui Amerika Serikat untuk menjadi negara terbesar ketiga di dunia dalam 35 tahun dari sekarang,
Selanjutnya dalam laporan tersebut, tingkat harapan hidup saat lahir telah meningkat secara signifikan di negara-negara kurang berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Pencapaian rata-rata enam tahun diantara negara-negara termiskin, dari 56 tahun pada tahun 2000-2005, menjadi 62 tahun pada 2010-2015, diperkirakan akan meningkat dua kali lipat untuk seluruh dunia. Sementara perbedaan yang signifikan dalam harapan hidup di daerah utama, dan kelompok pendapatan diproyeksikan akan terus naik, mereka diharapkan akan berkurang secara signifikan pada tahun 2045-2050.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237.641.326 juta jiwa, menjadikan negara ini negara dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah sehingga diproyeksikan pada tahun 2015 penduduk Indonesia berjumlah 255 juta jiwa hingga mencapai 305 juta jiwa pada tahun 2035. Pulau Jawa merupakan salah satu daerah terpadat di dunia, dengan lebih dari 107 juta jiwa.
Jumlah penduduk Indonesia sudah semakin meningkat, lebih dari dua ratus juta penduduk telah tercatat, sekitar 37,3 penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, separuh dari total rumah tangga mengkonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari lima juta balita berstatus gizi kurang dan lebih dari seratus juta penduduk beresiko terhadap berbagai masalah kurang gizi. Semakin padatnya penduduk akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap pangan yang harus dikonsumsi. Jika penduduk padat disertai dengan jumlah penduduk produksi pangan melimpah dan penduduk mampu menjangkau harga dari pangan tersebut tentu tidak menjadi masalah. Namun, jika penduduk padat tidak disertai dengan produktifitas pangan yang memadai, maka inilah yang menjadi masalah besar seperti gizi buruk terutama di negara berkembang seperti Indonesia.
Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktifitas kerja. Pada bayi dan balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan spiritual. Bahkan, pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi dan balita akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Kesehatan manusia adalah keperluan dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat membangun apa pun, tidak dapat menentang kemiskinan, atau melestarikan lingkungan hidupnya. Sebaliknya, pelestarian lingkungan hidup merupakan hal pokok untuk kesejahteraan manusia dan proses pembangunan. Lingkungan yang sehat menghasilkan masyarakat yang sehat, sebaliknya lingkungan yang tidak sehat menyebabkan banyak penyakit. Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa tingkat kepadatan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi rendahnya konsumsi pangan dan kadar gizi yang diperoleh. Diharapkan dengan menekan jumlah penduduk Indonesia, masalah gizi buruk dan kelaparan dapat diminimalkan.

1.2  Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai didalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah peledakan jumlah penduduk dan kaitannya dengan gizi masyarakat. Selain itu, makalah ini juga merupakan salah satu tugas yang diembankan kepada mahasiswa.










BAB  II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi Kependudukan
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran,kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan criteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu. Tujuan Demografi adalah sebagai berikut :
1.      Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.
2.      Menjelaskan pertambahan penduduk masa lampau, penurunan, persebaran dengan data yang tersedia.
3.      Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial.
4.      Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa akan datang.

2.2  Masalah Gizi Ditinjau dari Segi Kependudukan
Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada ubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi dibagi menjadi 2 yaitu, masalah gizi makro dan masalah gizi mikro. Adapun gangguan gizi mikro hanya dikenal dalam bentuk gizi kurang zat gizi mikro tertentu, seperti kurang zat besi, kurang zat yodium dan kurang vitamin A. Masalah gizi makro, terutama masalah kurang energi protein yang telah menjadi perhatian para pakar gizi selama puluhan tahun.
Disamping itu, tingkat kematian anak-anak di bawah umur 4 tahun masih tinggi. Gejala tingkat kematian yang tinggi tersebut merupakan suatu tanda bahwa keadaan gizi penduduk masih belum baik. Masalah gizi yang timbul diatas salah satu penyebabnya dikarenakan faktor demografi. Untuk Negara berkembang seperti Indonesia, masalah melonjaknya tingkat pertumbuhan penduduk yang menyebabkan kepadatan penduduk masih sulit untuk diatasi. Tingkat kepadatan penduduk akan mempengaruhi permintaan jumlah pangan yang dibutuhkan. Permintaan jumlah pangan lebih cepat daripada produksinya. Akibatnya, akan terjadi kesenjangan untuk kebutuhan dana produksi pangan domestik yang semakin lebar. Penyebab utama kesenjangan itu adalah adanya pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi.
Pada 2030 menurut Glick (2010) diperkirakan akan terjadi kenaikan permintaan pangan dunia sebesar 50%. Hal ini seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia yang diperkirakan menyentuh angka 9 miliar jiwa pada tahun yang sama. Dari sebaran menunjukkan, negara berkembang menjadi penyumbang terbanyak pertumbuhan penduduk, dibanding negara transisi dan negara maju. Hal ini memicu peningkatan kebutuhan pangan di negara bersangkutan. Padahal jumlah lahan yang tersedia tidak melulu ada di negara berkembang. Bahkan, ironisnya, stok pangan lebih banyak berada di negara maju yang berhasil dengan program-program intensifikasi pangannya.
Kondisi perubahan iklim dunia, membuat banyak negara mengatur ulang kebijakan ekspor pangan dari negaranya. Contohnya adalah negara pengekspor beras seperti Vietnam dan Thailand yang sudah memberikan peringatan pengurangan jumlah ekspor karena persediaan beras mereka juga sudah menipis akibat cuaca ekstrem. Dampak langsungnya adalah melonjaknya harga pangan dunia.

2.3  Kependudukan dan Kaitannya Dengan Gizi
Jumlah penduduk yang melonjak drastis akan semakin berpengaruh di semua sektor bagi negara yang masih berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan 10 tahun sekali diperoleh jumlah penduduk Indonesia sebagai berikut :
1.      Tahun 1961 =  97,1 juta jiwa.
2.      Tahun 1971 = 119,2 juta jiwa.
3.      Tahun 1980 = 147,5 juta jiwa.
4.      Tahun 1990 = 179.4 juta jiwa.
5.      Tahun 2000 = 202.3 juta jiwa.
6.      Tahun 2010 = 237.6 juta jiwa
Kepadatan penduduk yang relatif terus meningkat akan menimbulkan banyak masalah. Stabilitas penduduk dimasa lalu dilakukan dengan mengimbangi angka kelahiran dan kematian. Terpeliharanya gizi dalam jangka panjang tidak hanya akan membatasi besarnya keluarga, tetapi program gizi juga secara langsung merupakan mekanisme operasional untuk mendorong keluarga berencana.
Sebagaimana pemberantasan gizi kurang pada anak dan ibu bisa mendorong  keluarga kecil sejahtera, pembatasan jumlah keluarga juga bisa membantu memperbaiki gizi dan keselamatan bayi. Perbaikan gizi akan memperkecil keguguran dan memperpanjang masa reproduksi.
Pendidikan kependudukan merupakan media untuk memperluas kesadaran tersebut. Pertumbuhan penduduk yang cepat merupakan isu sentral yang dihadapi dunia,terlebih di negara berkembangan termasuk Indonesia. Kualitas hidup sangat tergantung kepada ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh individu dan masyarakat,serta berbagai mengelola dan memanfaatkan sumber daya

2.4  Faktor Penyebab Natalitas Dan Mortalitas
1.      Biologis
Keadaan gizi kurang yang lama pada wanita dapat mengakibatkan ganguan pada siklus haid.Wanita yang menyusui anaknya dapat memperpanjang waktu untuk tidak memperoleh haid kembali,masa berhentinya haid setelah melahirkan dapat di gunakan sebagai kontraseksi alamiah. Status gizi yang rendah akan menurunkan resistensi tubuh terhadap infeksi penyakit, sehingga banyak menyebabkan kematian terutama pada anak-anak balita (mempengaruhi angka mortalitas). Melahirkan bayi pada usia muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas anak yang rendah dan juga merugikan kesehatan ibu. Jarak kehaliran yang terlalu dekat juga akan menyebabkan hal serupa.
2.      Sosio Budaya dan Ekonomi
Beberapa kelompok masyarakat memiliki presensi untuk memperoleh anak laki-laki sebagai penerus nama keluarga atau marga dan menanggung orang tua di masa lanjut usia. Di Indonesia ada anggapan bahwa “banyak anak banyak rejeki” (adanya kepercayaan bahwa anak adalah karunia Allah sehingga tak perlu membatasi besarnya keluarga). Di beberapa Negara banyak terjadi pernikahan pertama pada usia sangat muda (15-19 tahun).
3.      Pendidikan
Wanita yang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan biasanya mempunyai anak yang lebih banyak dibandingkan wanita berpendidikan lebih tinggi.Frekuensi kehamilan dan melahirkan akan menyebabkan ibu berpeluang  besar untuk mengalami gangguan kesehatan dan menyebabkan angka kematian ibu dan anak tinggi .Di Indonesia  AKI masih sangat tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, yaitu mencapai 334/100.000 kelahiran pada tahun 2000.
4.      Kebijakan
                      a.         Pengendalian pertumbuhan penduduk,terutama dilakukan untuk lebih menurunkan angka kelahiran melalui gerakan KB mandiri yang semakin meningkat.
                     b.         Penurunan tingkat kematian,khususnya kematian ibu saat persalinan,kematian bayi,kematian anak balita melalui program pelayanan kesehatan terpadu.
                      c.         Pengarahan morbiditas dan penyebaran penduduk dengan memperhatikan  kemampuan daya dukung alam, sesuai tata ruang yang ada serta mendukung peningkatan kesejahteraan ketahanan penduduk serta keluarga.
                     d.         Memberikan kesempatan kepada penduduk usia lanjut untuk berperan dalam pembangunan dan menikmati hari tuanya sebagai penduduk usia lanjut yang sejahtera.
5.      Pengetahuan Dan Teknologi
Kemajuan IPTEK kedokteran dan pelayanan kesehatan mengakibatkan penurunan angka kematian dan penigkatan usia harapan hidup. Angka kematian bayi di beberapa negara berkembang menunjukkan kecendurangan menurun. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah anak yang mendapatkan imunisasi  untuk mencegah penyakit-penyakit infeksi yang mematikan. IPTEK yang berkembang baik telah menghasilkan berbagai teknik kontrasepsi yang memungkinkan pasangan suami istri untuk memilih jenis KB.
6.      Struktur Kependudukan
Struktur penduduk sering digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Hasil pembangunan nasional,khususnya dalam bidang kependudukan dan keluarga sejahtera  telah menghasilkan perubahan ciri kependudukan dan keluarga sejahtera telah menghasilkan perubahan ciri kependudukan dengan piramida melebar menuju ke atas. Struktur tersebut berciri penduduk golongan muda (di atas 15 tahun) yang tinggi dan diatas 60 tahun yang tinggi dengan massa tua yang semakin panjang. Struktur ini mencerminkan proporsi usia subur yang tinggi dengan potensi melahirkan yang tinggi.
Dampak pertambahan penduduk akan berakibat pada ketersedian sumber daya dan kelestaraian lingkungan, ketersediaan pangan, kesehatan masyarakat (ibu dan anak), kesempatan memperoleh pendidikan, maupun kesempatan kerja. Pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan kompetisi pemanfaatan lahan yang dapat mengancam keberadaan lahan pertanian subur. Konversi lahan pertanian menjadi isu sentral bagi pemantapan ketahanan pangan (ketersediaan pangan), karena lebih 60% produksi pada nasional dihasilkan di pulau jawa. Konsekuensi yang harus dihadapi dari peristiwa tersebut yaitu ,apakah peningkatan ketersediaan pangan mampu mengimbangi pertambahan penduduk. Adanya dinamika kependudukan, berkaitan dengan pengelolaan SDA untuk pembangunan ekonomi termasuk kesehatan, serta perkembangan IPTEK.
Ibu hamil yang mempunyai status gizi yang baik memiliki kemampuan yang tinggi untuk melahirkan anak yang sehat dengan bobot badan lahir yang normal dengan risiko kematian bayi yang rendah. Jika bayi lahir dengan BBLR, menunjukkan kecendurangan untuk lebih mudah menderita berbagai macam penyakit infeksi dan hal itu merupakan penyebab tingginya tingkat kematian pada kelompok ini. Pembatasan jumlah keluarga juga bisa membantu memperbaiki gizi dan keselamatan bayi.

2.5  Upaya Menyelesaikan Masalah Gizi Kependudukan
Masalah gizi yang timbul dari faktor demografi atau kependudukan harus segera diatasi. Hal ini diharapkan dapat meminimalkan penderita gizi buruk yang selama ini menjadi langganan masyarakat Indonesia yang tidak sanggup menyediakan pangan untuk dikonsumsi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain untuk mengatasi masalah kepadatan penduduk yaitu pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk serta pemerataan persebaran penduduk. Sedangkan untuk mengatasi masalah gizi antara lain:
1.      Peningkatan Gizi Masyarakat.
Hal ini dapat dilakukan dengan member makanan tambahan yang bergizi terutama bagi anak-anak. Program ini dapat dioptimalkan melalui pemberdayaan posyandu dan kegiatan PKK.
2.      Pelaksanaan Imunisasi.
Berdasarkan prinsip, mencegah lebih baik dari pada mengobati. Program imunisasi bertujuan melindungi tiap anak dari penyakit umum. Hal tersebut dapat dilaksanakan melalui PIN (Pekan imunisasi Nasional).
3.      Penambahan Fasilitas Kesehatan.
Fasilitas kesehatan harus mampu menampung dan menjangkau masyarakat di daerah-daerah tertinggal. Penambahan fasilitas kesehatan ini meliputi rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, dan posyandu. Penambahan fasilitas ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, seperti imunisasi, KB, pengobatan, dan lain-lain. Dengan demikian dapat mengurangi tingginya angka kematian bayi, dan meningkatkan angka harapan hidup masyarakat.
4.      Penyediaan Pelayanan Kesehatan Gratis.
Pemerintah menyediakan pelayanan gratis bagi penduduk miskin dalam bentuk kartu sehat yang digunakan untuk memperoleh layanan kesehatan secara murah, atau bahkan gratis di rumah sakit pemerintah atau puskesmas.
5.      Pengadaan Obat Generik.
Pemerintah harus mengembangkan pengadaan obat murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat bawah. Penyediaan obat murah ini dapat berupa obat generik.
6.      Penambahan Jumlah Tenaga Medis.
Agar pelayanan kesehatan dapat mencakup seluruh lapisan masyarakat dan mencakup sleuruh wilayah Indonesia, diperlukan penambahan jumlah tenaga medis seperti dokter, bidan dan perawat. Tenaga medis tersebut juga harus memiliki dedikasi tinggi untuk ditempatkan di daerah-daerah terpencil serta berdedikasi tinggi melayani masyarakat miskin.
7.      Melakukan Penyuluhan.
Melakukan penyuluhan tentang arti pentingnya kebersihan dan pola hidup sehat. Penyuluhan semacam ini juga bisa melibatkan lembaga-lembaga lain di luar lembaga kesehatan seperti sekolah, organisasi masyarakat, dan tokoh-tokoh masyarakat. Jika kesadaran akan arti pentingnya pola hidup sehat sudah tertanam dengan baik, maka masyarakat akan dengan sendirinya trehindar dari berbagai penyakit.


BAB  III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Masalah gizi dibagi menjadi 2 yaitu : Masalah Gizi Mikro dan Masalah Gizi Makro. Menyingkapi permasalahan ketidakseimbangan kecepatan pertumbuhan penduduk dibandingkan dengan kecepatan produktivitas pangan nasional, maka Indonesia masih memiliki peluang untuk memanfaatkan lahan yang masih luas, terutama di wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Tak sekadar intensifikasi (mengintensifkan lahan yang sudah ada), kita masih bisa bicara banyak tentang ekstensifikasi (menambah lahan pertanian baru). Investasi dari pemerintah maupun swasta masih sangat diperlukan karena potensi kewilayahan yang luas. Perencanaan yang matang dengan sistem budidaya yang terarah, menjadi kunci agar tidak menimbulkan banyak masalah di kemudian hari.

3.2  Saran
1.      Bagi Masyarakat, diharapkan masyarakat untuk memperhatikan besar jumlah keluarga serta pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
2.      Bagi Lembaga/ Kader Kesehatan, baik pihak kader maupun organisasi/ lembaga kesehatan untuk menantiasa meningkatkan pelayanan kesehatan dengan mengadakan sistem kesehatan yang efektif, efisien, dan optimal serta senantiasa mengadakan pemantauan status gizi keluarga atau masyarakat.
3.      Bagi Pemerintah, kepada pemerintah hendaknya senantiasa melakukan program kerja yang dapat meningkatkan masalah produktifitas pangan dan melakukan pemantauan pemerataan jumlah penduduk di suatu daerah.


DAFTAR PUSTAKA
Glick, Peter, 2010. Women’s Employment and Its Relation to Children’s Health and Schooling in Developing. Cornel University.
http://sp2010.bps.go.id/
http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=51526#.Vod1BbaLTIV.
Kompasiana. 2015. Dampak Ledakan Penduduk di Indonesia dan Solusinya. http://www.kompasiana.com/fahrimfs/dampak-ledakan-penduduk-di-indonesia-dan-solusinya_54f382d47455137d2b6c7880.
Lean, Michael. 2006. Ilmu Pangan, Gizi dan Kesehatan. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Minda. 2012. Teori-Teori Kependudukan. http://capil.muaraenimkab.go.id.
Noveria Mita, dkk. 2012. Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan. Jakarta: UPT BMR ( LIPI Press ).
Wirjatmadi, Bambang. 2010 . Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: EGC.