Temukan

Sabtu, 30 Mei 2015

Kesehatan Masyarakat

2.1  Kesehatan Masyarakat
2.1.1  Pengertian
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan masyarakat (dalam bahasa Inggris : society), pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Istilah masyarakat disebut pula sistem sosial.
Menurut (Effendy, 2010, hal 156), sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki. Pada tahun 1974 WHO juga mengeluarkan definisi sehat yaitu keadaan yang sempurna dari fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Menurut Wikipedia (2014), definisi ilmu kesehatan masyarakat (public health) menurut profesor Winslow dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya. Ikatan Dokter Amerika, AMA, (1948) mendefinisikan Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Menurut (Effendy, 2010, hal 153), ilmu kesehatan masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan untuk :
1.      Mencegah timbulnya penyakit
2.      Memperpanjang umur
3.      meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental melalui usaha usaha kesehatan masyarakat yang terorganisasi untuk :
a.       Memperbaiki kesehatan lingkungan
b.      Pemberantasan penyakit penyakit infeksi pada masyarakat
c.       Mendidik masyarakat dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan
d.      Mengkordinasi tenaga tenaga kesehatan agar mereka dapat melakukan perawatan dan pengobatan dengan sebaik-baiknya.
e.       Mengembangkan usaha usaha masyarakat agar dapat mencapai tingkat hidup yang setinggi-tingginya sehingga dapat memperbaiki dan memelihara kesehatannya.

2.1.2  Prinsip-prinsip Kesehatan Masyarakat
Menurut Kemenkes RI (2014, hal 7), agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan baik ada beberapa prinsip pokok yang harus terpenuhi, yaitu :
1.      Usaha kesehatan masyarakat lebih mengutamakan tindakan pencegahan (preventif) dari pada pengobatan (kuratif)
2.      Dalam melaksanakan tindakan pencegahan selalu menggunakan cara-cara yang ringan biaya dan berhasil baik.
3.      Dalam melaksanakan kegiatannya lebih menitik beratkan pada masyarakat, baik sebagai pelaku (subyek) dan sasaran (obyek) atau dengan kata lain ''suatu usaha dari, oleh dan untuk masyarakat''.
4.      Dalam melibatkan masyarakat sebagai pelaku maka sasaran yang diutamakan adalah masyarakat yang terorganisir.
5.      Ruang lingkup usaha kesehatan masyarakat lebih mengutamakan masalah-masalah kesehatan masyarakat yang jika tidak segera diatasi akan menimbulkan malapetaka.


2.1.3  Tujuan Usaha Kesehatan Masyarakat
Menurut Kemenkes RI (2014, hal 10), tujuan yang ingin dicapai dalam kesehatan masyarakat, yaitu :
1.      Tujuan Umum 
Terciptanya keadaan lingkungan yang sehat terberantasnya penyakit menular, meningkatkan pengetahuan seseorang tentang peinsip-prinsip kesehatan perseorangan, tersedianya berbagai usaha kesehatan yang dibutuhkan masyarakat yang terorganisir dan terlibatnya badan-badan kemasyarakatan dalam usaha kesehatan.
2.      Tujuan Akhir 
Terciptanya jaminan bagi tiap individu masyarakat untuk mencapai suatu derajat hidup yang cukup guna untuk mempertahankan kesehatan.

2.1.4  Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat
Menurut Kemenkes RI (2014, hal 153-154), usaha kesehatan pokok yang dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai dasar pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah sebagai berikut :
1.      Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
2.      Kesehatan ibu dan anak
3.      Hygiene dan sanitasi lingkungan
4.      Pendidikan kesehatan pada masyarakat
5.      Pengumpulan data-data untuk perencanaan dan penilaian (statistik kesehatan)
6.      Perawatan kesehatan masyarakat
7.      Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan.
Dalam program kesehatan nasional tercantum usaha/kegiatan kesehatan masyarakat, antara lain :
1.      Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
Penyakit menular adalah penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang atau hewan sakit, dari reservoir ataupun dari agent lainnya ke manusia sehat. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu bibit penyakit, seperti bakteri, virus, rickettsia, jamur, protozoa dan cacing.
2.      Kesehatan Ibu dan Anak
Usaha KIA bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu secara teratur dan terus menerus dalam waktu sakit dan sehat, pada masa ante parfum, post partum dan masa menyusui serta pemeliharaan anak-anaknya dari mulai lahir sampai masa pra sekolah.
3.      Hygiene dan sanitasi lingkungan
Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan fisik, biologis sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan masyarakat manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak, sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan.
4.      Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
Tujuan pendidikan kesehatan masyarakat adalah untuk membantu masyarakat agar dapat hidup sehat dengan usahanya sendiri setelah diberikan pendidikan, misalnya mandi yang teratur dan memakai sabun dapat menghindari penyakit kulit, cuci tangan sebelum makan dapat menghindari penyakit perut menular dan lain-lain. Melalui pendidikan kesehatan diharapkan dapat menimbulkan perubahan yang baik sesuai dengan nilai-nilai kesehatan (yang tidak tahu menjadi tahu, yang salah menjadi benar) dan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif berperan serta untuk mencapai hidup sehat.
5.      Perawatan kesehatan masyarakat
adalah usaha perawatan yang dijalankan dalam masyarakat pada waktu sakit maupun sehat, untuk meningkatkan derajat kesehatan, memperbaiki hygiene lingkungan, pencegahan penyakit dan rehabilitasi. Usaha perawatan kesehatan lingkungan meliputi :
a)      Melakukan kunjungan rumah guna mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga-keluarga dalam masyarakat kemudian membantu dan membimbing keluarga tersebut untuk menyelesaikan masalahnya
b)      Pendidikan kesehatan keluarga
c)      Perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga yang sakit
d)     Perawatan lanjutan atau usaha rehabilitas pada bekas penderita
e)      Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, membantu menemukan penderita atau sumber penularan
f)       Membantu terselenggara system penampungan (referal system) antara rumah sakit atau instansi lainnya dengan masyarakat
g)      Membantu mengumpulkan data statistik kesehatan.
6.      Keluarga berencana
Adalah upaya manusia untuk mengatur secara sengaja kehamilan dalam keluarga secara tidak melanggar hukum dan moral Pancasila demi kesejahteraan keluarga.
7.      Usaha rehabilitasi
Adalah usaha untuk membantu bekas penderita agara dapat kembali kedalam masyarakat, berfungsi bagi dirinya dan masyarakat secara maksimal sesuai kemampuannya. Keberhasilan usaha rehabilitas harus didukung oleh pengertian dan kesediaan masyarakat untuk menerima dan membantu bekas penderita.
8.      Usaha Farmasi
Adalah usaha yang berkaitan dengan tugas pemerintah dalam menyediakan obat-obat, bahan obat, perbekalan kesehatan lainnya yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat, termasuk juga pengaturan dan pengawasan penyimpanan, peredaran dan pemakaiannya.
9.      Laboratorium
Laboratorium sangat berperan dalam keberhasilan usaha kesehatana. Antara lain diperlukan untuk pemeriksaan :
a.       Kimia klinis, faeces, urine dan darah
b.      Serologis, virologist, toksikolgis, makanan dan sebagainya
c.       Mutu obat


10.  Statistik Kesehatan
Statistik kesehatan gambaran suatu keadaan yang dinyatakan dalam bentuk angka, tabel, grafik, diagram dan narasi. Tujuan statistik adalah untuk menilai hasil kerja yang sedang dan telah dilaksanakan, sebagai bahan untuk menyusun rencana kerja untuk yang akan datang.
Data-data penting untuk perencanaan bidang kesehatan adalah :
a.       Data demografi, tentang jumlah penduduk beserta pembagiannya berdasarkan umur dan jenis kelamin.
b.      Data vital statistik, tentang angka kelahiran, kematian, perkawinan dan lain-lain
c.       Data kesehatan, tentang macam penyakit dan kasus-kasus penyebab kematian dan sebagainya
d.      Data hygiene dan sanitasi lingkungan, tentang sumber air rumah tangga, pengolahan limbah rumah tangga, keadaan perumahan dan lain-lain
e.       Data lembaga pendidikan kesehatan, tentang anggaran kesehatan dari pemerintah dan sumber sumber fisik seperti alat-alat kesehatan dan obat-obatan.
11.  Administrasi usaha kesehatan masyarakat
Terdiri atas penyusunan rencana kerja, penyusunan rencana pelaksanaan, koordinasi, pengawasan, penilaian dan tata usaha.

2.1.5  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007:11), derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor yaitu :
1.      Faktor lingkungan
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau buatan manusia), dan sosiokultur (ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain). Pada lingkungan fisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh kualitas sanitasi lingkungan dimana manusia itu berada. Hal ini dikarenakan banyak penyakit yang bersumber dari buruknya kualitas sanitasi lingkungan, misalnya ketersediaan air bersih pada suatu daerah akan mempengaruhi derajat kesehatan karena air merupakan kebutuhan pokok manusia dan manusia selalu berinteraksi dengan air dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi perekonomian suatu masyarakat. Semakin miskin individu/masyarakat maka akses untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik maka akan semakin sulit. Yang termasuk kedalam lingkungan adalah :
a.       Lingkungan fisik
Lingkungan fisik dapat berupa keadaan tanah (pegunungan, rawa, subur atau tidak subur), keadaan air (bersih, kotor, mudah atau sulit didapat), keadaan cuaca (seperti panas, dingin, lembab, atau kering), dan lain sebagainya.
b.      Lingkungan biologis
1)      Adanya hewan atau makhluk hidup lainnya yang berguna serta yang merugikan manusia. Yang berguna misalnya ternak, dan yang merugikan misalnya bakteri, virus, cacing parasit, dan lain-lain.
2)      Adanya tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi manusia berupa bahan pangan, sedangkan yang merugikan dapat berbentuk jamur penyebab penyakit, dan lain-lain.
c.       Lingkungan sosial budaya
Lingkungan sosial budaya dapat berupa :
1)      Tingkat pendidikan
2)      Adat istiadat dan kepercayaan seperti tahayul, dan pantangan-pantangan yang tidak sesuai dengan kesehatan.
3)      Adanya lembaga-lembaga masyarakat yang dapat menjadi wadah kerjasama.
4)      Upacara-upacara
5)      Struktur politik kenegaraan
d.      Lingkungan ekonomi
Yang termasuk dalam lingkungan ekonomi antara lain adalah :
1)      Struktur ekonomi
2)      Status ekonomi
2.      Faktor perilaku masyarakat
Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan terbagi tiga teori penyebab masalah kesehatan yang meliputi :
a.       Faktor predisposisi (Predisposing factors) merupakan faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku sesorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi.
b.      Faktor pemungkin (Enabling factors) merupakan faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan artinya bahwa faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.
c.       Faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
3.      Faktor pelayanan kesehatan
Yang termasuk dalam faktor pelayanan kesehatan adalah :
a.       Sistem pelayanan kesehatan
b.      Kemudahan masyarakat untuk dapat menjangkau pelayanan kesehatan
c.       Sesuai dengan kebutuhan pemakai jasa pelayanan
d.      Sesuai dengan prinsip ilmu dan teknologi kesehatan
4.      Faktor keturunan.
Ilmu genetika membuktikan bahwa kondisi makhluk hidup ditentukan oleh keadaan gen orang tuanya. Adanya kelainan atau kecacatan pada gen orang tua akan mengakibatkan timbulnya kelainan/penyakit yang bersifat baewaan pada keturunannya.
Semua faktor-faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain, namun faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Yang kedua adalah pelayanan kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia yang kompeten dan siap siaga dalam melayani masyarakat. Faktor ketiga adalah faktor perilaku dalam hal ini faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pemahaman dan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan. Faktor terakhir adalah keturunan. Keadaan suatu daerah tidak selalu sama dengan keadaan didaerah lainnya, dan kondisi masyarakat disuatu saat berbeda dari saat lainnya. Masalah-masalah kesehatan dan cara penanganannya senantiasa berubah dan berkembang mengikuti perkembangan kemasyarakatan dan ilmu/teknologi.

2.1.6  Kesehatan Lingkungan
Menurut Chandra (2007:3), kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya.
Menurut Chandra (2007:4), tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain :
1.      Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
2.      Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
3.      Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga non pemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.
Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup rnanusia, yang di antaranya berupa :
1.      Penyediaan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
2.      Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
3.      Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan mahkluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.
4.      Limbah cair dan padat yang berasal dan rumah tangga, pertanian, peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain.
5.      Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.
6.      Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
7.      Kebisingan, radiasi dan kesehatan kerja.
8.      Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan.
Menurut Chandra (2007:6-12), ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada manusia. Tiga faktor itu disebut sebagai ecological atau epidemiological triad yang terdiri atas agens penyakit, manusia, dan lingkungannya. Dalam keadaan normal, ketiga komponen tersebut atau dengan kata lain orang disebut sehat. Pada suatu keadaan saat keseimbangan dinamis tersebut terganggu, misalnya saat kualitas lingkungan hidup menurun sampai tingkatan tertentu, agens penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit.
1.      Agens penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis. Kadang-kadang penyebab untuk untuk penyakit tertentu tidak diketahui, misalnya penyebab untuk penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung koroner, dan lain-lain. Agens penyakit dapat dikiasifikasikan menjadi lima kelompok, antara lain:
a.       Agens biologis, contoh: virus, bakteri, fungi, ricketsiae, protozoa, dan metazoa.
b.      Agens nutrient, contoh: protein, lemak, kabohidrat, vitamin, mineral, dan air.
c.       Agens fisik, contoh: panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya, dan kebisingan.
d.      Agens kimia, agens kimia dapat bersifat endogenous, seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia), dan uremia atau bersifat exogenous, sepeiti zat kimia, alergen, gas, debu, dan lain-lain.
e.       Agens mekanis, gesekan, benturan, atau pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh pejamu (host).
2.      Manusia (Host), faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit. Faktor tersebut bergantung pada karakteristik yang dimiliki masing-masing individu, antara lain:
a.       Usia, usia menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita, seperti penyakit smallpox pada usia kanak-kanak, penyakit kanker pada usia pertengahan, dan penyakit arteroskierosis pada usia lanjut.
b.      Jenis kelamin (seks), frekuensi penyakit pada lãki-laki !ebih tinggi dibandingkan frekuensi penyakit pada perempuan. Sementara itu, penyakit tertentu, seperti risiko kehamilan dan persalinan hanya dijumpai pada perempuan, sedangkan penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki.
c.       Ras, hubungan antara ras dan penyakit bergantung pada perkembangan adat istiadat dan kebudayaan di samping terdapat penyakit yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti anemia sickle cell pada ras Negro.
d.      Genetik, ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter, seperti mongolisme, fenilketonuria, buta warna, hemofilia, dan lain-lain.
e.       Pekerjaan, status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan, seperli keracunan, kecelakaan kerja, silikosis, asbestosis, dan lain-lain.
f.       Nutrisi, gizi buruk mempermudah seseorang rnenderita penyakit infeksi, seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi, dan lain-lain.
g.      Status kekebalan, reaksi tubuh terhadap penyakit bergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.
h.      Adat, ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan penyakit. Contoh, kebiasaan makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.
i.        Gaya hidup, kebiasaan minum alkohol, narkoba, dan merokok dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan.
j.        Psikis, faktor kejiwaan seperti stres dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikum, depresi insomnia, dan lainnya.
3.      Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dan dua bagian, yaitu lingkungan hidup internal berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut hemostasis, dan lingkungan hidup eksternal di luar tubuh manusia. Lingkungan hidup eksternal ini terdiri dari tiga komponen yaitu:
a.       Lingkungan Fisik, bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa, serta memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat, seperti kekurangan persediaan air bersih terutarna pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare di mana-mana.
b.      Lingkungan biologis, bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoar infeksi, vektor penyakit atau pejamu (host) intermediate. Huburigan manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi ketidakseimbangan antara hubungan manusia dengan Iingkungan biologis maka manusia akan menjadi sakit.
c.       Lingkungan sosial, berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers. seni, literatur, cerita, lagu dan sebagainya (Chandra, 2007).
Dalam usaha-usaha pencegahan dan pengendalian yang efektif terhadap penyakit, perlu dipelajari mekanisme interaksi yang terjadi antara agens penyakit (agent), manusia (host), dan lingkungannya (environment). Interaksì tersebut, antara lain:
1.      lnteraksi agens penyakit dan lingkungan, interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agens penyakit langsung dipengaruhi oleh lingkungan dan menguntungkan agens penyakit itu serta terjadi pada saat prepatogenesis dari suatu penyakit. Contoh, viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang terkandung dalam sayuran di dalam ruang pendingin, dan penguapan bahan kimia beracun akibat proses pemanasan bumi global.
2.      Interaksi manusia dan lingkungan, interaksi ini merupakan suatu keadaan saat manusia langsung dipengaruhi oleh lingkungannya dan terjadi pada saat prepatogenesis dan suatu penyakit. Contoh, udara dingin, hujan, dan kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.
3.      Interaksi manusia dan agens penyakit, interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agens penyakit menetap, berkembang biak, dan merangsang manusia untuk membentuk respons berupa tanda-tanda dan gejala penyakit. Contoh, demam, perubahan fisiologis jaringan tubuh, pembentukan kekebalan, atan mekanisme pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat ketidakmampuan, atau kematian.

4.      Interaksi agens penyakit, manusia, dan lingkungan. Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agens penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-sama saling memengaruhi dan memperberat satu sama lain sehingga agens penyakit baik secara langsung maupun tidak langusng mudah masuk ke dalam tubuh manusia. Contoh, pencemaran air sumur oleh kotoran manusia dapat menimbulkan waterborne diseases.

Rabu, 27 Mei 2015

Sepenggal Teori Kecemasan

Menurut Arif Muttaqin (2008:161) pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada pasien dengan cidera kepala meliputi :
1.      CT scan (compute tomography scanning) dengan tanpa kontras
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
2.      MRI
Digunakan sama dengan CT scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
3.      Cerebral angiographi
Menunjukkan anomali sirkulasi seperti perubahan jaringan otak sekunder menjadi edema, perdarahan, dan trauma.
4.      Serial EEG
Dapat melihat perkembangan gelombang patologis
5.      Foto Rontgen (Sinar X)
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
6.      BAER
Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil
7.      PET
Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
8.      CSS
Lumbal fungsi dapat di lakukan jika diduga terjadi perdarahan subrakhnoid
9.      Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan tekanan intracranial
10.  Scren Toxsikologi
Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat penurunan kesadaran
11.  Rontgen thoraks dua arah (PA/AP dan lateral)
Rontgen toraks menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pelural
12.  Torask sentesis menyatakan darah atau cairan
13.  Analisa gas darah

Analisa gas darah adalah salah satu tes diagnostik untuk menentukan status respirasi yang dapat digambarkan melalui pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenisasi dan status asam.


Menurut Asmadi (2008:165), kecemasan atau anxietas merupakan hal yang akrab dalam hidup manusia. Ansietas bukanlah hal yang aneh karena setiap orang pasti pernah mengalami ansietas dengan berbagai variannya. Ansietas sangat berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu objek atau keadaan. Keadaan emosi ini dialami secara subjektif, bahkan terkadang objeknya tidak jelas. Artinya, seseorang dapat saja menjadi cemas, narnun sumber atau sesuatu yang dicemaskan tersebut tidak tampak nyata. Ansietas ini dapat terlihat dalarn hubungan interpersonal.

Menurut Gunarsa (2008:27), kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan, merupakan masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku. Baik tingkah laku normal maupun tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu, kedua-duanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dan pertahanan terhadap kecemasan itu. Jelaslah bahwa pada gangguan emosi dan gangguan tingkah laku, kecemasan merupakan masalah pelik. Semua orang pasti merasakan kecemasan dalam derajat tertentu. Bahkan kecemasan yang ringan dapat berguna yakni dalam memberikan rangsangan terhadap seseorang. Rangsangan untuk mengatasi kecemasan dan membuang sumber kecemasan. Kecemasan yang menyebabkan seseorang putus asa dan tidak berdaya sehingga mempengaruhi seluruh kepribadiannya adalah kecemasan yang negatif. Rasa takut ditimbulkan oleh adanya ancaman, sehingga seseorang akan menghindar diri dan sebagainya.

Menurut Supratiknya (2009:81), fungsi kecemasan adalah memperingatkan sang pribadi akan adanya bahaya; ia merupakan isyarat bagi ego bahwa kalau tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat, maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. Kecemasan adalah suatu keadaan tegangan; ia merupakan suatu dorongan seperti lapar dan seks, hanya saja ia tidak timbul dari kondisi-kondisi jaringan di dalam tubuh melainkan aslinya ditimbulkan oleh sebab-sebab dari luar. Apabila timbul kecemasan maka ia akan memotivasikan sang pribadi untuk melakukan sesuatu. Sang pribadi bisa lari dari daerah yang mengancam, menghalangi impuls yang membahaya kan atau menuruti suara hati.

Menurut Asmadi (2008:165), ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada individu yang bersangkutan. Dapat pula ansietas menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di bawah bayang-bayang ansietas yang terus berkepanjangan. Ansietas berkaitan dengan stres. Olah karena ansietas timbul sebagai respons terhadap stres, baik stres fisiologis maupun psikologis. Artinya, ansietas terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis. Stres merupakan bagian yang tidak dapat terelakan dalam hidup manusia. Meskipun dernikian, stres bukanlah merupakan sesuatu yang patologis. Terihat jelas bahwa ansietas ini mempunyai dampak terhadap kehidupan seseorang, baik dampak positif maupun dampak negatif. Apalagi bila ansietas ini dialami oleh klien yang dirawat di rumah sakit. Berbagai situasi dan kondisi akan mernbuatnya semakin cernas. Oleh karenanya perawat sebagai tenaga kesehatan profesional tidak boleh mengabaikan aspek ernosi ini dalam memberikan asuhan keperawatan.

Menurut Supratiknya (2009:81), Freud membedakan tiga macam kecemasan, yakni kecernasan realitas, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral atau perasaan perasaan bersalah. Tipe pokoknya adalah kecemasan realitas atau rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar, kedua tipe kecemasan lain berasal dari kecemasan realitas ini. Kecemasan neurotik adalah rasa takut jangan-jangan insting-insting akan lepas dari kendali dan menyebabkan sang pribadi berbuat sesuatu yang bisa mernbuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, melainkan ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan.

Menurut Gunarsa (2008:27), kecemasan atau anxietas dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar, mungkin juga oleh bahaya dari dalam diri seseorang, dan pada umumnya ancaman itu samar-samar. Bahaya dari dalam, timbul bila ada sesuatu hal yang tidak dapat diterimanya, misalnya pikiran, perasaan, keinginan, dan dorongan.
Menurut Asmadi (2008:165-166), ada beberapa teori yang menjelaskan asal ansietas, yaitu :
1.      Teori psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik ernosional yang terjadi antara dua elernen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahava.
2.      Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cernas. Namun bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cernas. Dengan demikian, ansietas berkaitan dengan hubungan antara manusia.
3.      Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi. Ketidakrnampuan atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan frustasi atau keputusasaan. Keputusasaan inilah yang menyebabkan seseorang menjadi ansietas.

 Menurut Asmadi (2008:166-167), kemampuan individu untuk merespon terhadap suatu ancaman berbeda satu sama lain. Tiap tingkatan ansietas mempunyai karakteristik atau manifestasi yang berbeda, bergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri dan mekanisme koping yang digunakannya.
Tabel 2.4
Tingkat Ansietas dan Karakteristik

Tingkat Ansietas
Karakteristik
Ansietas Ringan
·     Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari
·     Kewaspadaan meningkat
·     Persepsi terhadap lingkungan meningkat
·     Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreativitas
·     Respons fisiologis: sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejaia ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir bergetar
·     Respons kognitif: mampu menerirna rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan
·     Respons perilaku dan ernosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi
Ansietas Sedang
·     Respons fisiologis: sering napas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut keririg. anoreksia. diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih
·     Respons kognitif: memusatkan perhatiannya pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit. dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima
·     Respons perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegang, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman
Ansietas Berat
·     Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain
·     Respons fisiologis: napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut. serta tampak tegang
·     Respons kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang persepsi menyempit
·     Respons perilaku dan emosi: perasaan mengancam meningkat dan komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat)
Panik
·     Respons fisiologis: napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi serta rendahnya koordinasi motorik
·     Respons kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi
·     Respons perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali/kontrol diri (aktivitas motorik tidak menentu), perasaan terancam. serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan din sendiri dan/atau orang lain


Menurut Asmadi (2008:168), faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cernas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun demikian pencetus ansietas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu:
1.      Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakrnampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.
2.      Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri, dan hubungan interpersonal.

Menurut Supratiknya (2008:80) reaksi umum individu terhadap ancaman-ancaman rasa sakit dan perusakan dari luar yang tak siap ditanggulangi ialah menjadi takut. Menghadapi ancaman biasanya orang merasa takut. Kewalahan menghadapi stimulasi berlebihan yang tidak berhasil dikendalikan oleh ego, maka ego menjadi diliputi kecemasan.
Dalam hal ini, yang meliputi kecemasan pasien trauma kapitis (post KLL) adalah ancaman integritas diri yang meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya, seperti bekerja, sekolah dan lain-lain. Selain itu, ancaman terhadap sistem diri juga meliputi kecemasan pasien. Ancaman terhadap sistem diri yang dimaksud adalah identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan interpersonal.
Menurut Nursalam (2008) Alat ukur yang dipakai untuk mengetahui tingkat kecemasan menggunakan modifikasi Hamilton Rate Scale for Anxiety (HRSA) yang sudah dikembangkan oleh Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ). Total nilai yang diperoleh menunjukkan tingkat keparahan : rendah (total nilai < 5); rendah sampai sedang (total nilai: 6-10); sedang sampai parah (total nilai: 11-15); dan sangat parah (total nilai > 16). dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS).